Mencegah Krisis Iklim Melalui Filosofi Ayam Geprek?
by Editor
Konon katanya, aksi adalah koentji. Ngapain koar-koar doang soal masalah X, Y, Z kalo lo gak bergerak melakukan sesuatu? Kalo kata anak-anak muda sekarang “ngemeng doang lu bct.”
Jadi apa yang bisa kita lakukan buat mencegah krisis iklim dan gak cuma ngemeng doang? Di artikel ini, kita bakal bahas apa yang bisa semua orang lakukan untuk bumi kita tercinta. Tenang aja, aksi yang bisa dilakukan banyak dan dijamin kamu pasti bisa nemu satu hal yang setidaknya kamu bisa lakukan.
Tapiiii… kita mau dakwah sedikit nih sebelum kasi bocoran apa aja yang bisa kamu lakukan. Plis jangan di-skip, karena ini penting banget untuk memahami kenapa aksi-aksi tersebut bisa membantu mencegah skenario terburuk krisis iklim. Yang nge-skip seret jodoh.
Jadi gini… ada satu hal yang perlu kita semua pahami mengenai krisis iklim.
Krisis iklim itu bukan mengenai satu hal, satu kejadian, atau satu aksi aja. Bukan hanya “Karena A melakukan B, maka C terjadi. Jadi untuk mencegah C, A tidak boleh melakukan B.”
Enggak, gak gitu. Krisis iklim itu luaaaas banget cakupannya. Krisis iklim ada di setiap aspek kehidupan kita. Sebagian besar kegiatan manusia modern sekarang memicu krisis iklim, dan sebagian besar aspek kehidupan manusia juga akan terdampak oleh krisis iklim. Saking luasnya, banyak yang salah paham. Banyak juga yang menyederhanakan krisis iklim jadi hanya masalah tertentu, seperti masalah “sampah” atau “polusi”. Padahal krisis iklim jauh lebih besar dari itu semua.
Ambil contoh isu plastik sekali pakai. Pasti nyadar dong akhir-akhir ini isu ini lagi digalakkan banget? Banyak orang udah mulai mempertanyakan perlunya plastik dalam kehidupan mereka. Banyak juga pemerintah yang udah melarang penggunaan plastik sekali pakai (walaupun masih kurang banyak!). Now this is a good thing. Tapi sayangnya, krisis iklim belum mendapat perhatian yang sama kayak isu plastik.
Kenapa? Ya karena plastik masalah yang lumayan spesifik, terpusat pada satu ‘barang’ yang perlu dikurangi, dan orang-orang lumayan punya kontrol (sebagian, bukan kontrol penuh) untuk mengurangi plastik dalam hidup mereka. Udah gitu, plastik bisa keliatan! Gak susah untuk menalar gimana plastik-plastik yang kita buang ke lautan mencekik penyu, masuk ke dalam perut ikan dan membahayakan spesies di lautan lainnya.
Coba lihat krisis iklim. Gimana coba jelasin ke seseorang kalau rendang yang dia barusan pesen, terus gak habis dimakan, bisa ada hubungannya dengan kemarau panjang di negara-negara Afrika? Gimana jelasin ke seseorang kalau naik pesawat ke kota sebelah, yang sebenarnya bisa ditempuh dengan naik kereta, ada hubungannya dengan rumah-rumah di pesisir kota Demak yang terendam air laut? Jauh dinalar, bos.
Ya itu dia krisis iklim: rumit, tapi beneran ada hubungannya. Ya iyalah beneran, wong yang ngomong ini ribuan ilmuwan di luar sana kok.
Terus kalau rumit, gimana cara gampangnya kita melihat isu krisis iklim ini? Gampangnya gini: krisis iklim adalah mengenai bagaimana manusia secara paksa mengubah metabolisme planet ini.
Sama kayak badan kamu kalau lagi sakit. Kamu sakit bukan seratus persen karena satu hal aja, tapi bisa jadi karena kombinasi pola makan, pola tidur, daya tahan tubuh, genetik dan metabolisme badan kamu. Kadang susah mengerti kenapa satu hal yang kamu lakukan bisa mengakibatkan gejala tertentu, makanya kamu butuh dokter buat menjelaskan bagaimana tubuh kamu bekerja. Nah sama, bumi juga punya ‘dokter-dokter’ yang bisa ‘mendiagnosa’ secara ilmiah kenapa kok kemarau makin panjang, badai makin parah, ikan-ikan kehabisan oksigen dan air laut makin naik. Dokter-dokter ini adalah…climate scientist.
[KAK NICSAP CEK OMBAK ADA YANG NGE-SKIP APA ENGGAK]
[KATA KAK NICSAP: “AYO DIBACA, JANGAN DI SEKIP!”]
Oke. Lanjut.
Menurut dokter-dokter planet a.k.a climate scientists ini, iklim bumi bisa jadi seperti ini karena beberapa kegiatan manusia, di antaranya penggunaan energi bahan bakar fosil, kegiatan pertanian, transportasi, limbah, industri manufaktur, serta pembangunan dan operasional gedung.
WAIT, THAT SOUNDS LIKE OUR ENTIRE DAILY LIFE?
Exactly. Krisis iklim ada hubungannya dengan banyak perilaku manusia yang gak semua bisa kita kontrol secara individu.
Kadang ini semua bukan cuma tentang kendaraan apa yang kita pakai, berapa lama kita nyalain AC, berapa sering kita makan gulai kambing dalam seminggu; tapi juga siapa yang kita pilih untuk duduk di pemerintahan untuk menentukan sumber energi, kualitas transportasi publik, dan regulasi sektor pertanian negara kita.
Krisis iklim itu sangat amat berhubungan dengan sistem. Sistem apa? Sistem ekonomi, sistem politik, juga sistem sosial dan budaya. Bagaimana sebuah masyarakat menggunakan energi berhubungan dengan ekonomi, yang mau gak mau berhubungan dengan politik. Perilaku konsumsi manusia juga dipengaruhi sistem sosial dan budaya.
Terus gimana dong, kalau semuanya sistemik, gak ada harapan dong?
No no no! Krisis iklim memang mengenai sistem, tapi sistem itu kan terdiri dari aksi-aksi individu. Sistem BISA berubah lewat aksi individu yang dilakukan dalam skala besar. Your individual action matters, but only if you also think about the system.
Dengan kata lain: ayo berubah dari diri sendiri, tapi jangan berubah sendirian!
Karena klean-klean semua demen nge-level-levelin segala hal layaknya ayam geprek, kita juga bakal ngasih level buat aksi-aksi nyata yang bisa kamu lakukan, dari level cabe 1 sampai level cabe 30 alias PEDAS MANTAP BOS. Yuk simak di bawah ini:
Level: Pemula
Cabe: 1
Cocok untuk: yang tertarik dengan isu krisis iklim tapi belum tahu harus mulai dari mana.
- Berpikir. Hah, mikir? Iya, gausah ngapa-ngapain, yang penting berpikir. Berpikir sebelum membeli, berpikir sebelum mengonsumsi dan berpikir sebelum bepergian. Berpikir mengenai proses yang diperlukan sampai barang/jasa itu bisa sampai ada di depan mata kamu, kira-kira bagian mana dari proses itu mengeluarkan emisi. Gak perlu menolak pakai barang X/Y/Z kok! Dipikir aja dulu. It’s okay. Gak ada yang nyalahin kamu, karena let’s be real, sometimes it’s not you. Sometimes you have no choice. But also, sometimes you DO have choice. Tapi gapapa, kamu belum siap. Yang penting dipikir dulu.
- Ngobrol. Kalau kamu cemas atau prihatin tentang krisis iklim, jangan dipendam sendirian. Talk about it with anyone. Pillow talk, Tinder talk, girls’ talk, boys’ talk, arisan talk, tukang sayuran talk, pokoknya talk lah. Gak perlu tahu tentang banyak hal kok, yang penting keluarin aja dulu keluh kesahnya. Semakin banyak orang yang membicarakan isu ini, lebih banyak orang yang akan merasa ini isu yang nyata dan penting.
Level: Sedang
Cabe: 5
Cocok untuk: yang udah yakin bahwa isu krisis iklim mengkhawatirkan dan siap untuk tahu lebih banyak.
- Baca mengenai krisis iklim lebih rutin. Cari tahu lebih banyak. Stay curious. Belum sanggup baca jurnal-jurnal atau laporan IPCC juga gakpapa kok. Baca apapun yang berhubungan dengan krisis iklim: apa artinya tinggal di daerahmu di tengah krisis iklim? Apa artinya 1.5 derajat lebih panas? Apa itu emisi? Kalau kamu baca wewewe(dot)krisisiklim(dot)com sekarang ini, selamat, kamu sudah ada di jalur yang tepat!
- Follow akun mengenai krisis iklim di medsos kamu. Banyak banget info mengenai krisis iklim setiap harinya di sosmed, baik berbahasa Inggris maupun Indonesia. Kamu bisa follow kita (yes, shameless promo) di Twitter dan Instagram, juga beberapa akun lain seperti 350.org, 350 Indonesia, Wahana Riset Indonesia, UNFCCC, Greenpeace, Jeda Untuk Iklim. Buat sobat meme, bisa juga follow akun meme mengenai krisis iklim kayak @climemechange 🙂
Level: Pedas
Cabe: 10
Cocok untuk: yang setiap hari mantengin berita krisis iklim dan frustasi dengan keadaan saat ini.
- Bepergian dengan lebih bijak. Berbagilah emisi dengan semakin banyak orang. Sobat busway/MRT/KRL. Kalau bisa naik kereta/bis antar kota, memilih buat gak naik pesawat. Kaaaalau bisa, kalau bisa nih ya, memilih hal-hal yang lebih seru buat dilakukan di kotamu pas liburan alih-alih jalan-jalan keluar negeri atau kota.
- Makan lebih banyak sayur. Kurangin daging sapinya dari seminggu tiga kali jadi seminggu sekali.
- Makan buah/sayur sesuai musimnya. Kalau memang gak lagi musim, daripada beli buah impor (yang emisi transportasinya guedhe) mending makan apa yang ada saat itu. Sekalian latihan menahan nafsu 🙂
- Kalau punya petak di belakang rumah gak dipakai, coba tanam beberapa makanan sendiri. Mulai dari yang kecil-kecil, cabe, sereh, daun mint, tomat, bayam dan lain-lainnya. Gak perlu pakai pestisida kimia dan pupuk, lebih sehat juga!
- Hemat energi. Matiin semua hal yang harusnya dimatiin: lampu, AC, charger hp, kipas angin, laptop, hairdryer, heater, apapun deh. Pakai seperlunya yuk!
- Habiskan makanan kamu. Sebisa mungkin, jangan tinggalkan limbah organik sisa makanan yang nantinya akan mengeluarkan gas metana ke udara.
- Perlakukan gadget mu selayaknya jodoh: dengan setia. Kalau ada yang gak beres, ya coba diselesaikan dengan baik-baik (re: dibawa ke servis) jangan langsung cari gantinya (re: beli yang baru). Apalagi kalau gak ada yang rusak, ya dijaga dong 🙂
- Tahan dirimu dari konsumsi berlebihan, khususnya yang bukan kebutuhan tapi efek iklan, promo atau peer pressure
Level: SUPER PEDAS
Cabe: 30
Cocok untuk: yang mau melakukan hal-hal diatas tapi frustrasi karena transportasi publik gak bisa diandalkan, harga rumah semakin mahal jadi gak mungkin punya kebun sendiri, pengen matiin AC tapi panas banget hadehh gimana dong brohhh kok kayaknya perubahan iklim makin parah ya????
- Mungkin udah saatnya kamu bergabung dengan jutaan orang lain untuk mengubah sistem? Cari tahu apa yang bisa kamu lakukan dengan peran kamu di masyarakat atau di tempat kerja. Kerja sebagai jurnalis? Mungkin kamu bisa banyak menulis tentang iklim. Kerja di divisi pengadaan barang? Mungkin bisa caritahu gimana caranya kantor kamu pakai energi terbarukan. Kerja sebagai guru atau dosen? Coba cari kemungkinan memasukkan topik iklim dalam silabus kamu. Kerja di pemerintahan? Cari tahu kebijakan energi di tingkat lokal dan gimana kamu bisa bantu mengubahnya.
- Ingin lanjut sekolah tapi masih bingung jurusan apa? Mungkin kamu bisa pilih jurusan yang berhubungan dengan perubahan iklim, seperti energi terbarukan, sustainability science, geologi, astronomi, atau oseanografi. Bukan anak eksakta? Great! Kamu bisa jadi jurnalis, pemangku kebijakan energi dan transportasi, kerja di LSM pembela keadilan iklim, jadi guru yang mengajarkan perubahan iklim ke generasi muda, apapun! Kamu seorang seniman? Tulis cerita mengenai krisis iklim. Gambarkan orang-orang yang terdampak krisis iklim. Take it to the next level!
- Unleash your inner activism dan gabung dengan aksi-aksi di tingkat daerahmu, seperti aksi Jeda Iklim, penolakan tambang-tambang baru, dan aksi bela lingkungan lainnya.
Seperti halnya ayam geprek, gak peduli cabenya berapa ya kamu tetap makan ayam geprek! Aksi untuk krisis iklim juga begitu, gausah peduli kamu baru bisa level berapa, kalau kamu baru bisa melakukan hal-hal di level pemula, you are part of the change! Kamu sudah menjadi bagian dari perubahan. Jangan malu kalau cabe kamu kecil, kan yang penting makan geprek?
Yuk melakukan hal kecil hari ini untuk bumi kita tercinta! Level berapa ‘pedas’mu?
Kak, aku mau jadi level super pedas tapi masih takut jadi aktivis. Kalau passive activism itu gimana kak? Ga ngaruh ya? Sebetulnya itu apa sih kak?